Khamis, 15 Mei 2014

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْم 

CUIT-CUIT UST KAY (Khamis, 15 Rejab 1435H)
Tafaqquh Fiddin


Mempunyai kefahaman ilmu agama yang mendalam (tafaqquh fiddin) termasuk perkara yang paling utama dan tanda kebaikan pada diri seseorang. Rasulullah SAW telah bersabda ;

مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِيْ الدِّيْنِ

“Barangsiapa dikehendaki baginya kebaikan oleh Allah, Maka Dia akan memberikan kefahaman agama yang mendalam kepadanya.” (HR : Muttafaqun 'Alaih)


Kerana dengan mendalami ilmu agama akan membawa kita kepada ilmu yang bermanfaat, di mana setiap amalan soleh dibina di atas dasar ilmu. Allah SWT berfirman ;

هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَكَفَى بِاللَّهِ شَهِيداً

“Dialah yang mengutuskan Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang hak agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi.” (QS. Al Fath: 28)

'Huda' yang dimaksudkan di atas adalah ilmu yang bermanfaat dan 'Dinil haq' adalah amal soleh. Ada tiga golongan manusia jika ditinjau dari ilmu dan amal;

  1. Golongan yang memadukan antara ilmu dan amal. Mereka adalah orang-orang yang telah Allah beri petunjuk untuk mengikuti jalan orang yang mendapat nikmat dari kalangan para nabi, siddiqin, syuhada dan solehin
  2. Golongan orang yang mempelajari ilmu namun tidak mengamalkannya. Mereka adalah orang-orang yang dimurkai seperti orang yahudi.
  3. Golongan orang yang beramal tanpa ilmu. Dan mereka adalah orang-orang yang tersesat seperti orang Nasrani.

Allah memuji para ulama' yang mengamalkan ilmunya dan mengangkat darjat mereka sebagaimana firman-Nya;

يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

“Allah akan meninggikan darjat orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan tinggi dengan beberapa darjat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
(QS. Al-Mujadalah: 11)

Apabila seseorang hendak melakukan suatu pekerjaan, maka sudah tentu ia perlu mengetahui bagaimana cara untuk mengerjakan pekerjaan itu dengan cara yang betul. Contoh, seseorang ingin membuat karipap, maka pertama kali ia harus ada ilmu bagaimana cara membuat karipap yang betul. Sehingga dengan itu ia dapat menyelesaikan pekerjaan tersebut dengan sempurna.


Begitulah juga halnya berkaitan mengerjakan sesuatu ibadah kepada Allah SWT. Sudah tentu diharapkan agar ibadahnya diterima, dapat menjauhkannya dari ancaman azab api Neraka dan dimasukkan kedalam Syurga. Apakah mungkin ibadahnya diterima bila beramal tanpa ilmu? Tanpa mengetahui rukun dan syarat-syarat sahnya?

Mukmin yang tafaqquh fiddin memang lebih ditakuti oleh syaitan dibandingkan dengan orang yang banyak beribadah tetapi jahil tentang selok-belok agama. Ini berdasarkan hadis Nabi SAW ;

فَقِيْهٌ وَاحِدٌ أَشَدُّ عَلَى الشَّيْطَانِ مِنْ أَلْفِ عَـابِدٍ

"Seorang Faqih (orang yang tafaqquh fiddin) adalah lebih digeruni oleh syaitan daripada seribu orang 'Abid (orang yang banyak beribadat tanpa ilmu).
(HR Tarmizi, Ibnu Majah dan Al Baihaqi)

KESIMPULAN :
Tidak ada kebaikan pada ibadah tanpa tafaqquh, tidak ada kebaikan pada ilmu tanpa pengamalan, dan tidak ada kebaikan pada bacaan Al Quran tanpa tadabbur (penghayatan maksudnya). Membacanya tetap dapat pahala insya Allah...tetapi tiada pahala amal kerana tidak diamalkannya.
Wallahu a'lam - Kurang ilmu kurang amal. Ukay's

Sabtu, 22 Disember 2012

WONG FEI HONG SEORANG MUSLIM???




Tak sangka pulak hero yang aku minat sangat satu masa dulu dikatakan seorang muslim. Once Upon Time in China lakunan hero hebat pada masa tu Jet Li yang mula ditayangkan pada tahun 1991 dari part 1 hingga 4 tak "miss" langsung. Apa saja cerita mengenai Wong Fei Hung masa tu hampir semuanya aku tonton. Sampaikan cerita komedi penyamar Wong Fei Hung pun aku tengok..haha..kelakar.



Inilah rupa sebenar 'Master Wong' ataupun 'Wong si fu'. Sejauh mana kebenaran mengatakan Wong Fei Hung ini seorang muslim. Sumber ini aku dapat dari blog YB Idham Lim. Tujuan aku paparkan cerita bukan untuk menyebarkan cerita palsu. Tetapi sekadar merenung adakah kemungkinan Wong Fei Hung ini seorang muslim? Aku paparkan artikel sebenar dari blog tersebut.

Selama ini kita hanya mengenal Wong Fei Hung sebagai jagoan Kung fu dalam film Once Upon A Time in China . Dalam filem itu, karakter Wong Fei Hung dimainkan oleh aktor terkenal Hong Kong , Jet Li. Namun siapakah sebenarnya Wong Fei Hung?

Wong Fei Hung adalah seorang Ulama, Ahli Perubatan, dan Ahli Beladiri legendaris yang namanya ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional China oleh pemerintah China.

Namun Pemerintah China sering berupaya mengaburkan

jatidiri Wong Fei Hung sebagai seorang muslim demi menjaga imej kekuasaan Komunis di China.

Wong Fei-Hung dilahirkan pada tahun 1847 di Kwantung (Guandong) dari keluarga muslim yang taat. Nama Fei pada Wong Fei Hung merupakan dialek Canton untuk menyebut nama Arab, Fais. Sementara Nama Hung juga merupakan dialek Kanton untuk menyebut nama Arab, Hussein. Jadi, bila di-bahasa-arab- kan, namanya ialah Faisal Hussein Wong.

Ayahnya, Wong Kay-Ying adalah seorang Ulama, dan tabib ahli ilmu penrubatan tradisional, serta ahli beladiri tradisional Tiongkok (wushu/kungfu). Ayahnya memiliki sebuah klinik perubatan bernama Po Chi Lam di Canton (ibukota Guandong). Wong Kay-Ying merupakan seorang ulama yang menguasai ilmu wushu tingkat tinggi. Ketinggian ilmu beladiri Wong Kay-Ying membuatnya dikenal sebagai salah satu dari Sepuluh Macan Kwantung. Posisi Macan Kwantung ini di kemudian hari diwariskannya kepada Wong Fei Hung.

Kombinasi antara pengetahuan ilmu perubatan tradisional dan teknik beladiri serta ditunjang oleh keluhuran budi pekerti sebagai Muslim membuat keluarga Wong sering turun tangan membantu orang-orang lemah dan tertindas pada masa itu. Karena itulah masyarakat Kwantung sangat menghormati dan mengidolakan Keluarga Wong.

Pesakit klinik keluarga Wong yang meminta bantuan perubatan umumnya berasal dari kalangan miskin yang tidak mampu membayar kos perubatan. Walau begitu, Keluarga Wong tetap membantu setiap pesakit yang datang dengan sungguh-sungguh. Keluarga Wong tidak pernah memilih bulu dalam membantu, tanpa memedulikan suku, ras, agama, semua dibantu tanpa pilih kasih. Secara rahsia, keluarga Wong terlibat aktif dalam gerakan bawah tanah melawan pemerintahan Dinasti Ch'in yang rasuah dan penindas. Dinasti Ch'in ialah Dinasti yang merubuhkan kekuasaan Dinasti Yuan yang memerintah sebelumnya. Dinasti Yuan ini dikenal sebagai satu-satunya Dinasti Kaisar Cina yang anggota keluarganya banyak yang memeluk agama Islam.

Wong Fei-Hung mula mengasah bakat beladirinya sejak berguru kepada Luk Ah-Choi yang juga pernah menjadi guru ayahnya. Luk Ah-Choi inilah yang kemudian mengajarnya dasar-dasar jurus Hung Gar yang membuat Fei Hung berjaya melahirkan Jurus Tendangan Tanpa Bayangan yang menjadi lagenda. Dasar-dasar jurus Hung Gar ditemukan, dikembangkan dan merupakan andalan dari Hung Hei-Kwun, abang seperguruan Luk Ah-Choi. Hung Hei-Kwun adalah seorang pendekar Shaolin yang terlepas dari peristiwa pembakaran dan pembantaian oleh pemerintahan Dinasti Ch'in pada 1734.

Hung Hei-Kwun ini adalah pemimpin pemberontakan bersejarah yang hampir mengalahkan dinasti penjajah Ch'in yang datang dari Manchuria (sekarang kita mengenalnya sebagai Korea ). Jika saja pemerintah Ch'in tidak meminta bantuan pasukan-pasukan bersenjata bangsa asing (Rusia, Inggris, Jepun), pemberontakan pimpinan Hung Hei-Kwun itu nescaya akan berjaya mengusir pendudukan Dinasti Ch'in.

Setelah berguru kepada Luk Ah-Choi, Wong Fei-Hung kemudian berguru pada ayahnya sendiri hingga pada awal usia 20-an tahun, ia telah menjadi ahli perubatan dan beladiri terkemuka. Bahkan ia berjaya mengembangkannya menjadi lebih maju. Kemampuan beladirinya semakin sulit ditandingi ketika ia berhasil membuat jurus baru yang sangat taktis namun efisien yang dinamakan Jurus Cakar Macan dan Jurus Sembilan Pukulan Khusus. Selain dengan tangan kosong, Wong Fei-Hung juga mahir menggunakan bermacam-macam senjata. Masyarakat Canton pernah menyaksikan langsung dengan mata kepala mereka sendiri bagaimana ia seorang diri dengan hanya memegang tongkat berjaya menewaskan lebih dari 30 orang jagoan pelabuhan berbadan kekar dan kejam di Canton yang mengeroyoknya karana ia membela rakyat miskin yang akan mereka peras.

Dalam kehidupan keluarga, Allah banyak mengujinya dengan berbagai cobaan. Seorang anaknya terbunuh dalam suatu insiden perkelahian dengan mafia Canton . Wong Fei-Hung tiga kali menikah karena isteri-isterinya meninggal dalam usia pendek. Setelah isteri ketiganya meninggal, Wong Fei-Hung memutuskan untuk hidup sendiri sampai kemudian ia bertemu dengan Mok Gwai Lan, seorang perempuan muda yang kebetulan juga ahli beladiri. Mok Gwai Lan ini kemudian menjadi pasangan hidupnya hingga akhir hayat. Mok Gwai Lan turut mengajar beladiri pada kelas khusus perempuan di perguruan suaminya.

Pada 1924 Wong Fei-Hung meninggal dalam usia 77 tahun. Masyarakat Cina, khususnya di Kwantung dan Canton mengenangnya sebagai pahlawan pembela kaum mustad'afin (tertindas) yang tidak pernah gentar membela kehormatan mereka. Siapapun dan berapapun jumlah orang yang menindas orang miskin, akan dilawannya dengan segenap kekuatan dan keberanian yang dimilikinya.Wong Fei-Hung meninggal dengan meninggalkan nama harum yang membuatnya dikenal sebagai manusia yang hidup mulia, salah satu pilihan hidup yang diberikan Allah kepada seorang muslim selain mati Syahid. Semoga segala amal ibadahnya diterima di sisi Allah Swt dan semoga segala kebaikannya menjadi teladan bagi kita, generasi muslim yang hidup setelahnya. Amiin.




Tambahan cerita http://en.wikipedia.org/wiki/Wong_Fei-hung

Adakah cerita ini benar atau tidak hanya Allah yang tahu. Harapannya jika ada penyelidik atau pengkaji sejarah yang pakar boleh tampil membuat penyelidikan dan menyebarkan kebenarannya.

Allahu a'lam

Sabtu, 29 September 2012

Akhlak Terpuji

Bersedekah dikala kaya itu biasa.
Bersedekah dikala fakir itu akhlak terpuji dan luarbiasa.



Balas kebaikan dengan kebaikan adalah biasa-biasa yang sudah patut jadi amalan. Kejayaan akal mengawal emosi, membalas perbuatan tak baik dengan kebaikan, memang hebat dan patut diusahakan.



Bantulah saudara-saudara islam kita di Palestin, Rohingya, Utopia dan di seluruh dunia.

Namun perintah Allah supaya mengutamakan kaum kerabat terdekat jangan dipandang ringan. Janganlah terlepas pandang kaum kerabat yang sedang dalam kesusahan. Tambahan pula mereka ini biasanya tidak suka meminta-minta.


Mereka bertanya kepadamu tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: “Apa sahaja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan.” Dan apa saja kebaikan yang kamu buat, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya.
(Surah Al Baqarah - Ayat 215 - Al-Quran)

Siapakah yang mahu memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.
(Surah Al Baqarah - Ayat 245 - Al-Quran)

Isnin, 6 Ogos 2012

Amalan Selawat dan Membaca Quran



Marilah kita banyakkan berselawat dan membaca al-quran pada sisa-sisa ramadhan yang ada. Moga jadi amalan sampai bila-bila.

Tak susahpun sebenarnya nak berselawat dan baca Quran banyak-banyak. Setiap 5 ke 10 minit kita selawat. Diselang-selikan  membaca surah Al-ikhlas (Qulhuallah). Berselawat pendek pun dah sudah memadai seperti "Allahummasolli'alaa Muhammad". Kita jadikan amalan 5-10 minit sekali. Kalau nak tunggu buka Quran baca surah Al-Baqarah silap-silap tak buat langsung.

Dua amalan lisan yg mendapat pahala tanpa mengetahui maknanya adalah membaca Quran dan selawat.

Dari Abu Hurairah, Nabi s.a.w bersabda "Sesiapa yg berselawat kpdku satu kali, akan dicatat baginya 10 kebajikan". (Hadis riwayat Ahmad)

Dari Ibnu Mas'ud telah berkata bahawa Rasulullah s.a.w telah bersabda: "Barangsiapa membaca 1 huruf drpd Kitabullah maka bgnya 1 kebajikan dan tiap2 kebajikan sepuluh kali gandanya. Aku tidak mengatakan 'Alif Lam Mim' 1 huruf tetapi Alif 1 huruf, Lam 1 huruf dan Mim 1 huruf.

Khamis, 26 Julai 2012

Ramadhan Kareem



Datangmu dinanti
pergimu ditangisi
bagi yang berhati suci

Datangmu diterima
pergimu tiada apa
bagi yang alpa

Datangmu sama saja
pergimu gembira
bagi yang buta

Isnin, 21 Mei 2012

Bulan Rejab dan Kelebihannya

Bulan Rejab - Ahlan Wasahlan


“Ya Allah, berkatilah hidup kami di bulan Rejab dan Syaaban dan sampaikan (hayat) kami kepada bulan Ramadan.”
Doa Rasulullah s.a.w apabila tibanya bulan Rejab. Riwayat Imam al-Thabrani daripada Anas bin Malik.

Rasanya Ramadhan baru sangat berlalu. Rejab sudah mencecah hari. Rata-rata ramai yang memperkatakan tentang kedatangan bulan Rejab. Ramai yang sudah mewar-warkan kelebihan dan fadhilat-fadhilatnya. Namun masih ada yang tidak begitu peka dengan kebenaran amalan-amalan ini. Amalan bulan Rejab menjadi amalan ikut-ikutan.

Rejab bulan menabur benih
Sya'ban bulan menyiram tanaman
Ramadan bulan menuai

Rejab menyuci badannya
Sya'ban menyucikan hati
Ramadan menyucikan rohnya

Rejab bulan marghfirah
Sya'ban bulan syafaat
Ramadan bulan menggandakan kebajikan

Rejab bulan taubat
Sya'ban bulan muhibbah
Ramadan dilimpahi pahala amalan seperti hujan mencurah banyaknya

Rejab digandakan 70 pahala
Sya'ban diganda 700 pahala
Ramadan diganda 1000 pahala

Syair ini adalah salah satu contoh yang menjadi rujukan sebahagian dari kita dalam beramal ibadah. Bolehkah syair ini dijadikan rujukan? Mungkin ada yang benar atau ada yang ditokok tambah?


Dr. Yusuf Al-Qardhawi mengatakan bahawa fadhilat Rejab adalah sama seperti yg terdapat di dalam 3 bulan-bulan Haram yang lain. Katanya : "tidaklah ada kesahihan didalam bulan Rejab, melainkan ia merupakan salah satu dari bulan-bulan haram, bahawa Allah s.w.t telah menyebut didalam kitabnya - di dalamnya ada 4 bulan haram - Al-Taubah:36. Iaitu Rejab, Zulqaedah, Zulhijah dan Muharram. Itulah bulan-bulan yang mempunyai fadilat. Tidak terdapat Hadis Sahih bahawa Rejab khusus mengatakan Rejab lebih afdal, melainkan Hadis Hasan: Sesungguhnya Nabi s.a.w banyak berpuasa di dalam Sya'ban.."

Beliau juga menyatakan bahawa hadis-hadis mengenai fadilat-fadilat khas Rejab kebanyakkan merupakan Hadis Palsu atau pun yang sangat Lemah tarafnya:

"Hadis ini dimaklumkan sebagai sebuah hadis yg mengandungi fadilat Rejab - "Rejab bulan Allah. Sya'ban bulanku dan Ramadhan bulan umatku". Hadis ini mungkar dan sangat-sangat dhaif, bahkan beberapa ulamak mengatakan hadis ini Palsu.  Maka bukanlah kepadanya nilai saintifik dan bukanlah mempunyai nilai agama. Di situ ada hadis yg mengatakan terdapat fadilat Rejab kepada sesiapa yang bersolat begini dan ia mendapat begini, dan sesiapa yg meminta beristigfar sekali kepadanya maka ia akan mendapat ganjaran begini. Ini semua adalah berlebih-lebihan (exaggeration), dan semuanya adalah pembohongan. Dari ini satu tanda satu penipuan di dalam hadis yang memasukkan perkara yang berlebih-lebihan".

Walaubagaimanapun selagi mana amalan-amalan hendak dilakukan tidak bertentangan dengan syarak apatah lagi wajib mahupun sunat maka lakukanlah amal ibadah tersebut dengan ikhlas walau di bulan yang mana sekalipun. Cuma janganlah anda melabelkan ibadah-ibadah tersebut sebagai sunnah Rasulullah jika tiada riwayat yang sahih. Sesungguhnya telah datang hadis :"Barangsiapa mereka-reka Hadis difikirkan, sesungguhnya ia menipu, maka dia adalah pembohong". (Riwayat Muslim di dalam muqadimahnya yg Sahih), tetapi mereka tidak mengetahui bahawa ia adalah Hadis Palsu, maka ia wajib mengetahui, mengetahui hadis itu dari sumbernya maka disana ada Kitab Hadis yg Muktamad, di sana ada kitab khas untuk mengetahui Hadis Palsu, contoh Al-Maqasid Al-Hasanah, karangan Al-Shakhaawi dan sebagainya."

rujukan dan petikan dari / maklumat lanjut sila klik link

Isnin, 30 April 2012

Sajak Bersih 3.0 - Datuk A. Samad Said


Semalam
saya dilarang
ke Masjid Negara
melalui jejantas
Pasar Seni.
Makanya, saya terus
Duduk Bantah di situ.
Jelas tampaknya
taring siasah sudah
mula mencengkam
leher agama.







Di pihak sebelah sana,

polis ada, askar ada,

juga pancutan air bisa,

selain bom gas bahaya,

malah helikopter juga.

Di pihak sini pula

yang sedia ada hanyalah

jersi kuning serta doa.



Jumaat, 27 Januari 2012

Solat Sunat Dhuha

Rasulullah bersabda yang bermaksud "Siapa saja yang dapat mengerjakan solat dhuha dengan istiqamah, akan diampuni dosanya oleh Allah, sekalipun dosa itu seluas lautan."

Rasulullah juga pernah bersabda yang bermaksud "Solat dhuha itu mendatangkan rezeki dan menolak kefakiran (kemiskinan), dan tidak ada yang akan memelihara solat dhuha kecuali hanya orang-orang yang bertaubat."



Khamis, 12 Januari 2012

Tayammum

Nabi berkata kepada Ammar bin Yasir, "cukup buatmu berbuat dengan dua tangan begini" Lalu baginda tepukkan dua tangannya ke tanah 1 kali, lalu baginda usapkan tangan kanannya pada punggung kedua telapak tangannya dan mukanya.

Di suatu ketika Abi Sa'id Khudri melihat 2 orang bermusafir dalam pelayaran sedang mereka tidak mempunyai air. Oleh kerana itu mereka bertayamum dengan tanah yang bersih. Lalu mereka solat, kemudian mereka mendapatkan air pada waktu itu juga. Maka seorang dari mereka mengulanginya. Kemudian mereka datang kepada Nabi s.a.w, lalu diceritakan kepada nabi. Rasulullah saw bersabda kepada yang tidak mengulangi itu: "engkau telah mengerjakan sunnah dan cukup buatmu solatmu," dan sabdanya kepada yang mengulangi: "Engkau mendapat ganjaran dua kali."

Orang yang dibenarkan bertayamum:-
1. Orang tidak mendapatkan air
2. Bermusafir
3. Sakit




Satu tayamum boleh digunakan untuk berapa solat sekali pun selagi mana tidak batal sama hukumnya dengan wudhuk. Namun Imam Syafie begitu berhati-hati menggunakan kaedah 1 tayamum 1 solat, khasnya solat wajib.

Kuliah Dhuha 8 Jan 2012
Ust Abdullah Iraqi
Kitab Bulughul Maram - Tayammum

Jumaat, 16 Disember 2011

Oley - Antara Video Yang Laris

Antara filem yang rugi kalau tak tengok.. Selamat menonton.. 15 ribu penonton dalam masa 24 jam.

Anugerah Allah






Alhamdulillah..
Alhamdulillah..
Alhamdulillah..
Anugerah Allah kepadamu..
anugerah Allah kepadaku, kepada ibumu..
tergenang air mata khabarnya seluruh juzuk darimu,
sebak dada menusuk kalbu tatakala umumnya menerima anugerahku..
inilah cita-citaku.. inilah harapanku.. inilah juga doa ibumu..
lambat sudah usiamu ukur Imam Shafiee..
teruskan cemerlangnya hamba wahai anakku..
akhirat jua tempat dituju..
tiada guna ilmu..
jika pendek amalmu..
abah doakan rahmat Allah sentiasa bersamamu..

~ Shookcree Zain - 22 Muharram 1433H/16 Disember 2011 ~
Majlis Ihtifal MTQ 4 Tapah - 21 Muharram 1433H - 15 Disember 2011 

Ahad, 16 Oktober 2011

Hukum Berwakil Membeli Dan Menyembelih Korban


Bismillah, Walhamdulillah Wassalatu Wassalamu

`Ala Rasulillah, Wa'ala Aalihie Wasahbihie Waman Walaah

Hukum Berwakil Membeli Dan Menyembelih Korban

Sepertimana kebiasaan di negara kita ibadat korban itu dilaksanakan dengan berkumpulan sama ada atas nama kementerian, jabatan, persatuan kampung dan sebagainya. Kadang-kadang ibadat korban itu sudah menjadi projek tahunan bagi pihak-pihak yang berkenaan itu.

Jika dilihat daripada amalan kebiasaan bagi perlaksanaan ibadah korban itu, kumpulan tersebut akan menentukan wakil mereka untuk mengurus pembelian, penyembelihan binatang korban dan pengagihan dagingnya di pusat-pusat penyembelihan. Jika ditinjau dari segi hukum, perlaksanaan yang sedemikian itu melibatkan hukum wakalah iaitu berwakil.

Huraian Umum Mengenai Wakalah

Wakalah dari segi bahasa bererti menyerahkan kuasa, pengawasan, penjagaan dan pemeliharaan. Dari segi istilah fiqh pula ialah seseorang itu menyerahkan sesuatu perkara ketika hidupnya kepada orang lain agar melakukannya dalam hal-hal yang boleh diwakilkan.

Hukum wakalah adalah harus berdasarkan Al-Qur’an, sunnah dan ijma‘ ulama. Wakalah mempunyai empat rukun iaitu:

i. Muwakkil (orang yang berwakil)

ii. Muwakkal (orang yang dijadikan wakil)

iii. Muwakkal fihi (sesuatu yang diwakilkan)

iv. Shighah (ijab dan qabul). (I‘anah At-Thalibin: 3/100-101)

Shighah Dalam Wakalah

Apa yang ingin dihuraikan di sini ialah rukun yang keempat iaitu shighah di mana perkara ini sangat penting diketahui demi menjaga keshahihan ibadah korban berkenaan.

Disyaratkan ijab ke atas orang yang berwakil itu dengan melafazkan sesuatu perkataan sama ada secara sharih (jelas atau terang) ataupun kinayah (yang tidak terang atau tidak jelas) seperti dalamkitabah (penulisan), persuratan atau dengan isyarat jika yang berwakil itu orang bisu yang boleh difahami, yang menyatakan bahawa orang yang berwakil itu adalah dengan keredhaan hatinya. (Majmuk: 14/197)

Ini bererti ada interaksi antara orang yang berwakil dengan orang yang diwakilkan yang dinamakan aqad. Namun orang yang dijadikan wakil itu tidak disyaratkan baginya qabul (ucap terima), kecuali di dalam keadaan tertentu seperti jika dalam perwakilan itu dengan upah. Contohnya orang yang berwakil itu mewakilkan seseorang untuk menjualkan sebidang tanahnya dengan harga sekian dan memberi upah kepada wakilnya itu. Maka dalam keadaan ini, wakil itu hendaklah melafazkan qabulnya sama ada dia menerimanya ataupun tidak. Adapun yang disyaratkan bagi orang yang dijadikan wakil itu ialah dia tidak menolak ucapan atau lafaz orang yang berwakil itu. Jika orang yang dijadikan wakil itu menolak ucapan tersebut, seperti dia berkata: “aku tidak terima” atau seumpamanya, maka batal dan tidak sah akad perwakilan itu.

Jika dilihat ketentuan hukum dalam bab wakalah dan dipraktikkan dengan cara kebiasaan yang tersebut di atas oleh sebahagian kumpulan yang berkorban itu ditakuti tidak menepati kehendak sebenar hukumwakalah. Pada kebiasaannya, orang-orang yang hendak menyertai ibadat korban akan mendaftarkan namanya dan membayar kadar tertentu bagi tujuan tersebut tanpa disertai dengan lafaz tawkil kepada wakil yang dilantik.

Amalan tersebut tidak memenuhi kehendak hukum berwakil kerana jika dilihat kepada tuntutan babwakalah orang yang berwakil itu wajib melafazkan tawkilnya (akad) sama ada dengan lafaz yangsharih atau kinayah kepada wakil yang ditentukan bagi tujuan seperti membeli dan menyembelih binatang korban serta mengagihkan daging korban tersebut.

Melantik Wakil Kedua

Dalam bab wakil ini, para ulama fiqh juga berpendapat bahawa orang yang dijadikan wakil itu harus mewakilkan lagi kepada orang lain untuk menjadi wakil yang kedua tanpa perlu mendapat izin daripada orang yang berwakil. Itu pun jika perkara yang diwakilkan itu tidak dapat dikerjakan oleh wakil itu sendiri, disebabkan dia tidak layak melakukannya atau tidak berkemampuan mengerjakannya. Akan tetapi jika sebaliknya, iaitu dia mampu untuk melaksanakan perkara yang diwakilkan ke atasnya itu, maka tidak harus baginya melantik orang lain menjadi wakil yang kedua melainkan dengan izin orang yang berwakil. (Majmuk: 14/218)

Mewakilkan Sembelihan Binatang Korban

Menurut hukum asal berkorban itu bahawa sunat binatang yang hendak dijadikan korban itu disembelih oleh orang yang berkorban itu sendiri, kiranya dia pandai menyembelih. Walaupun begitu boleh juga dia mewakilkan orang lain untuk menyembelih korban itu dan hadir ketika penyembelihannya. Afdhalnya wakil itu ialah orang Islam yang mengetahui akan hukum-hakam mengenai korban.

Keharusan berwakil dalam ibadah korban itu diambil daripada perbuatan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam yang telah berkorban dengan seratus ekor unta, di mana Baginda sendiri menyembelih - dengan tangan Baginda yang mulia - enam puluh tiga ekor, kemudian Baginda menyerahkan pisau penyembelih itu kepada Sayyidina Ali Karramallahu wajhah untuk menyembelih bakinya.

Persoalan Niat

Disyaratkan orang yang berkorban itu berniat kerana korban ketika menyembelih, kerana ia ibadat dan harus juga mendahulukan niat itu sebelum menyembelih mengikut pendapat yang ashah.

Adalah memadai jika orang yang berwakil itu berniat ketika wakilnya menyembelih korbannya dengan hadir orang yang berwakil ketika itu. Dalam hal ini, niat orang yang berwakil itu adalah memadai dan wakil tidak perlu lagi berniat. Walau bagaimanapun adalah lebih baik orang yang berwakil itu, ketika menyerahkan korban, menyuruh wakilnya berniat bagi pihak dirinya ketika dia menyembelih korban tersebut.

Apa yang mesti diambil perhatian dalam hal berniat korban ini, ada baiknya ditentukan niat itu umpamanya sebagai korban sunat -----------bagi mengelakkan niat itu menjadi korban wajib, kerana haram bagi yang berkorban itu makan daripada daging korban wajib, bahkan wajib disedekahkan semua daging tersebut kepada fakir miskin.

Lafaz Niat Dan Tawkil Dalam Korban

Niat itu tempatnya di hati dan sunat melafazkannya dengan lidah. Niat bagi korban sunat itu ialah seperti berikut:

Maksudnya: “Sahaja aku melakukan korban yang sunat”

Contoh lafaz berwakil:

“Buatkan korban/udhhiyyah sunat untuk saya”, atau

“Belikan korban sunat untuk saya”, yang bermakna: “Sembelihkan untuk saya, niatkan untuk saya.”


Contoh terima wakalah:

“Aku terima.”

Menyembelih Binatang Korban Di Luar Negeri Dan Dagingnya Diagihkan Ke Negeri Yang Lain

Apa yang dimaksudkan dengan memindahkan daging korban itu ialah memindahkan daging korban dari negeri tempat penyembelihannya ke negeri lain, supaya daging korban itu dibahagi-bahagikan kepada mereka yang berhak di negeri berkenaan itu.

Adakah harus bagi orang-orang tempatan berwakil untuk berkorban di luar negeri dan daging korban itu dipindahkan daripada tempat korban ke negeri atau daerah lain?

As-Sayyid Al-Bakri Ad-Dumyathi, Pengarang Hasyiah I‘anah At-Thalibin menjelaskan bahawa telah dijazamkan dalam An-Nihayah bahawa haram memindahkan daging korban daripada tempat berkorban itu seperti mana juga zakat, sama ada korban sunat atau wajib. Adapun yang dimaksudkan daripada korban sunat itu ialah bahagian yang wajib disedekahkan kepada fakir miskin.

Manakala memindahkan wang daripada satu negeri ke negeri yang lain untuk membeli binatang korban adalah di haruskan seperti mana katanya yang ertinya :

"Adapun memindah wang dirham daripada satu negeri ke negeri yang lain untuk membeli dengannya binatang korban di negeri tersebut maka ia adalah harus.”

(I‘anat At-Thalibin: 2/380)

As-Syeikh Mohammad bin Sulaiman Al-Kurdi pernah ditanya :
“Sudah menjadi kebiasaan orang-orang Jawi (kepulauan Melayu) berwakil kepada seseorang untuk membeli na‘am (seperti lembu dan kambing) di Mekkah untuk dijadikan aqiqah dan korban sedangkan orang yang hendak beraqiqah atau berkorban itu berada di negeri Jawi. Adakah sah perbuatan sedemikian atau tidak, mohon fatwakan kepada kami.

Jawapan: Ya! Sah yang demikian itu dan harus berwakil membeli binatang korban dan aqiqah dan begitu juga untuk menyembelihnya sekalipun di negeri yang bukan negeri orang yang berkorban dan beraqiqah itu.”

(I‘anah At-Thalibin: 2/381)

Dalam perkara ini pengarang Kitab Sabil Al-Muhtadin pula menyebutkan:
Kata Syeikhi Muhammad bin Sulaiman: Harus berwakil pada membeli na‘am akan korban pada negeri yang lain dan pada menyembelih dia dan pada membahagikan dagingnya bagi segala miskin negeri itu intaha. Maka iaitu zahir sama ada negeri Mekkah atau lainnya tetapi jangan dipindahkan dagingnya daripada negeri tempat berkorban kepada negeri yang lain maka iaitu haram lagi akan datang kenyataannya dan sayuginya hendaklah yang berwakil menyerahkan niat korban kepada wakil pada masalah ini wallahu ‘alam. (Sabil Al-Muhtadin: 214)

Katanya lagi jikalau berwakil seorang akan seorang pada berkorban di negeri lain kerana menghasilkan murah umpamanya hendaklah disedekahkan oleh wakil akan dagingnya bagi fakir miskin negeri itu dan janganlah dipindahkannya akan sesuatu daripada dagingnya daripada negeri itu kepada negeri yang berwakil melainkan sekadar yang sunat ia memakan dia itupun jika ada korban itu sunat (adapun) jika ada korban itu wajib maka wajiblah atas wakil mensedekahkan sekeliannya kepada fakir di dalam negeri tempat berkorban itu (dan haram) atasnya memindahkan suatu daripadanya ke negeri yang lain. (Sabil Al-Muhtadin: 216)

Berdasarkan perkataan para ulama seperti yang dinukilkan di atas, adalah jelas bahawa hukumnya harus berwakil untuk membeli binatang korban di negeri yang lain dan menyembelihnya serta membahagikan daging tersebut kepada fakir miskin di negeri berkenaan.

Adapun memindahkan daging korban daripada tempat sembelihan Ke negeri yang lain itu adalah berhubungkait dengan hukum menyedekahkan daging korban itu:

Jika korban itu adalah korban wajib yang mana kesemua dagingnya wajib disedekahkan kepada fakir miskin dalam keadaan mentah, maka haram hukumnya memindahkan daging korban berkenaan daripada tempat sembelihan. Inilah pendapat jumhur ulama Syafi‘eyah.

Jika korban itu korban sunat di mana sebahagian daripada daging korban itu harus dihadiahkan atau dimakan oleh orang yang berkorban, maka bahagiannya (hak orang yang berkorban) itu sahaja yang harus dipindahkan ke negeri lain. Manakala bahagian yang wajib disedekahkan kepada fakir miskin itu wajib disedekahkan di tempat berkorban itu juga dan haram dipindahkan ke negeri lain. (I‘anah At-Thalibin: 2:380)

Penutup

Mengingatkan hukum berkorban itu sunat mu’akkadah dan mempunyai kelebihan-kelebihannya yang banyak, sayugia jangan dilepaskan peluang untuk membuat amalan korban ini. Supaya korban itu sempurna, fahamilah hukum-hakam yang berkaitan dengan ibadah korban itu. Begitu juga mengambil perhatian dalam memenuhi tuntutan-tuntutan lain yang berkaitan seperti berwakil membeli dan menyembelih sebagaimana yang dijelaskan di atas supaya amalan berkorban itu benar-benar menepati syara‘.

Jazakallah kepada penulisnya.. Semoga menjadi amal jariah..

Rabu, 3 Ogos 2011

Ramadhan : Batalkah Puasa Kita Jika...

Oleh : Dr. Zaharuddin Abd Rahman

ramadhan_2010_2.jpg

Ulama terbilang dunia ketika ini, Dr Yusoff Al-Qaradhawi pernah menyebut dan meluah rasa kurang setuju beliau dengan tindakan para ulama yang terlalu meluaskan perbuatan yang membatalkan puasa. Beliau lebih setuju untuk mengecilkan skop dan ruang lingkup pembatalan puasa kepada perbuatan yang benar-benar terdapat dalil tepat dari al-Quran, al-Hadith dan disepakati ulama sahaja.
Beliau berpendapat perbincangan panjang lebar oleh ulama silam, antaranya para ulama dari mazhab Hanafi dan ulama mazhab-mazhab lain menyebut sekitar 57 bentuk perbuatan yang membatalkan puasa adalahadalah tindakan yang kurang sesuai. Malah ia juga amat digemari oleh ulama masa kini sehingga terdapat yang menghabiskan masa begitu lama untuk merangka fatwa, berijtihad dan meletakkan kaedah bagi sesuatu perbuatan. Adakalanya ia adalah isu yang tidak memerlukan perhatian begitu mendalam.
Masalah ini dilihat semakin bertambah, apabila ijtihad dalam bab ini semakin bercambah hingga menyebabkan kesukaran orang kebanyakkan (awam) menjalankan ibadah ini dengan tenang kerana perincian perbuatan yang membatalkan puasa amat cabang (furu') dan terlampau banyak. Ia menyebabkan orang awam yang terhad kemampuan, masa dan rujukan sering berada dalam kebimbangan dengan isu batal dan tidak batal puasa ini. Lebih dikesali adalah perbincangan tentang ini juga ada meninggalkan perbincangan yang lebih besar berkenaan Ramadhan. (Taysir al-Fiqh - Fiqh As-Siyam, hlm 86-87)
Sebagai contoh, antara isu terbesar yang patut diberikan fokus mendalam di waktu Ramadhan adalah :-
1) Raih Taqwa & Mendapatkan Keampunan : Sangat jelas arahan Allah dan RasulNya menegaskan keperluan kita berusaha meraih taqwa dan keampunan di dalam bulan ini. Perbincangan berkenaan kaedah, cara dan cabaran yang boleh menghalang kita mencapai target ini perlu diberikan perhatian lebih.
2) Bulan Ingatan Fungsi Al-Quran : Firman Allah yang menyebut bahawa Al-Quran diturunkan di bulan Ramadhan ini sebagai petunjuk, dan bukti kebenaran petunjuk dan pembeza di antara haq dan yang batil. Justeru perbincangan berkenaan kemestian umat Islam kembali kepada Al-Quran sebagai satu-satunya formula untuk berjaya sebagai golongan bertaqwa dan selamat dunia akhirat perlu diperhebat.
3) Amaran Terhadap Pengikis Pahala Ramadhan Yang 'Confirmed' : Sabda-sabda Nabi berkenaan tindakan yang boleh menghapuskan pahala puasa Ramadhan seperti bercakap kotor, nista, carut dan perbuatan jahat dan keji di waktu bulan ini. Ia perlu dipertekankan kerana ia adalah perkara yang disepakati bakal merosakkan pahala puasa seseorang walaupun ia tidak sampai membatalkan zahir puasanya.
4) Kaedah Penambah Pahala & Redha Allah di Bulan Ramadhan Yang 'Confirmed': Sabda-sabda Nabi yang mengandungi janji-janji dan tawaran Allah di bulan ini juga perlu diperluas kepada orang ramai agar semakin ramai yang berpotensi ke Syurga Allah sekaligus melemahkan fungsi Syaitan dan nafsu amarah yang sentiasa ingin mengajak kepada kemaksiatan.
Adapun isu perkara yang membatalkan puasa, sewajarnya ditumpukan kepada hukum yang disepakati sahaja.  Justeru, larangan yang disepakati tatkala puasa adalah menahan nafsu syahwat, menanggung lapar dan dahaga serta menahan diri dari bersetubuh dengan isteri di siang hari dengan niat ikhlas ibadat kerana Allah. Inilah yang dijelaskan dari al-Quran dan as-sunnah, demikian juga menjauhi kata-kata nista, bohong, mengumpat, cercaan dan lain-lain dosa anggota demi kerana Allah. Ia disebut di dalam ayat al-Baqarah : 187 dan disokong oleh hadith-hadith yang banyak.
Merokok, keluar darah haid atau nifas dan hilang aqal adalah dipersetujui secara sepakat ulama membatalkan puasa.
Adapun yang tidak disepakati, boleh dibincangkan cuma jangan sampai ia mengambil  perhatian utama kita apabila berada di dalam Ramdhan. Sebagai panduan, berikut disertakan beberapa hukum secara ringkas berkaitan puasa yang kerap ditanya oleh orang ramai :-

1) Darah keluar dari tubuh ; samada untuk berbekam, ambil darah pesakit, menderma darah, tercedera, darah dari hidung, tangan dan lain-lain.
Hukumnya : Tidak batal puasa kerana yang membatalkan adalah yang masuk ke tubuh melalui saluran terbuka hingga ke perut dan bukannya ‘yang keluar' dari tubuh. (As-Siyam Muhdathatuhu wa hawadithuhu, Dr Muhd ‘Uqlah, hlm 215). Manakala pandangan pembatalan puasa dengan berbekam yang berdalil hadith riwayat Abu Daud dan Ibn Majah dengan sanad sohih menurut Imam An-Nawawi, ia telah dipinda (nasakh) dengan hadith dari Ibn Abbas yang menyebut Nabi SAW berbekam dalam keadaan baginda berpuasa. (Riwayat Al-Bukari, 3/43) kerana hadith dari Ibn Abbas ini berlaku tatkala Haji Wida' dan terkemudian dari hadith yang menyebut batal kerana bekam. (Tasysir al-Fiqh, Qaradawi, hlm 90). Malah ini juga padangan majority mazhab kecuali Hanbali. ( Bidayatul Mujtahid, 1/247)

2) Memasukkan sesuatu ke dalam rongga terbuka dan dikeluarkan kembali tanpa sampai ke perut dan yang seumpamanya di bahagian kepala.
Ia seperti memasukkan alat tertentu ke dalam kemaluan wanita atau dubur ketika proses perubatan yang berkaitan, demikian juga memasukkan jari ke dalam hidung, telinga, mulut dan dubur.
Hukumnya : Tidak membatalkan puasa kecuali jika alatan itu dibiar tinggal di dalam kemaluan tadi, kerana illah @ faktor penyebab batal puasa adalah masuknya sesuatu berfizikal ke perut. Terkecuali juga, wanita atau lelaki yang memasukkan jarinya ke dubur atau kemaluannya dengan tujuan nafsu, maka ia membatalkan puasa, tetapi jika tujuan istinja' atau membasuhnya maka hukum yang lebih kuat menurut para ulama adalah tidak batal. (As-Siyam, Dr Md ‘Uqlah, hlm 211). Ini juga dipersetujui oleh Syeikh Atiyyah Saqar yang mengatakan masuk sesuatu ke telinga dan hidung yang tidak sampai ke perut atau bahagian otak adalah tidak membatalkan puasa. (Min Ahsanil Kalam fil Fatawa). Tidak dinafikan terdapat fatwa yang mengatakan batal, justeru, nasihat saya adalah lebih baik menjauhinya kiranya tiada tujuan yang agak mendesak. Kerana menjauhi yang khilaf (perbezaan pendapat) itu lebih baik.

3) Pil elak haid untuk puasa penuh :
Hukumnya : Harus dengan syarat tidak membawa mudarat kepada pusingan haidnya, dan memerlukan nasihat doktor Islam yang berwibawa. Namun yang terbaik adalah tidak menyekat haid, dan tidak menganggu kitaran fitrah yang telah ditentukan oleh Allah swt. selain itu wanita sedang haid juga masih boleh melaksanakan pelbagai jenis ibadah. 

4) Penyembur gas untuk pesakit lelah :
Hukumnya : Baru-baru ini pada bulan Julai 2007, Persidangan Majlis Fiqh Antarabangsa di Putrajaya ada membincangkan isu ini. Isu ini amat kerap dibincangkan oleh para ulama seantero dunia dan mereka berbeza pandangan  apabila sebahagian menyatakannya batal dan sebahagian lain menolak.
Menurut kajian terperinci bantuan para doktor, mendapati gas semburan itu punyai jisim-jisim putih yang jelas kelihatan jika di sembur di atas kertas. Selain itu, hampir 90 % darinya akan terus masuk ke tekak dan melekat di esophagus dan terus ke perut. Ini bermakna ianya jisim-jisim gas itu masuk ke perut setiap kali semburan. Justeru sudah pasti ia membatalkan puasa. Demikian pandangan awal dari Majlis Fiqh Antarabangsa yang bersidang Julai 2007 baru-baru ini, tetapi kemudiannya mereka menarik balik keputusan mereka untuk dibincangkan lebih terperinci dalam persidangan akan datang. 
Bagaimanapun para ulama masih perlu bergantung kepada makumat jelas dari para doktor bagi memberikan fatwa tepat. Sebahagian ulama seperti Syeikh At-Tantawi, Syeikh Dr Muhd ‘Uqlah, menyebut hukumnya tidak batal kerana gas itu hanya terhenti di paru-paru dan tidak masuk ke perut. Manakala, ubat lelah jenis hidu melalui hidung adalah membatalkan puasa kerana ia akan masuk ke bahagian kepala. (As-Siyam, Dr Md Uqlah, hlm 226)
Namun jelas para ulama berhati-hati dalam memberikan keputusan dalam hal ini kerana menyedari walaupun serbuk-serbuk dari inhaler tersebut boleh memasuki ruang perut, namun ia adalah satu keperluan mendesak buat pesakit athma dan tidak pula dilaksanakan secara saja-saja, bukan pula kerana nafsu lapar. 

5) Suntikan ke dalam tubuh melalui tangan, kaki selain rongga terbuka yang asal:
Hukumnya : Terdapat dua jenis : samada untuk berubat atau untuk menguatkan. Jika ia digunakan untuk mengurangkan demam, bius, 'pain killer' dan apa jua tujuan asas perubatan, ia disepakati tidak membatalkan puasa (Al-Qaradawi, hlm 100 ; ‘Uqlah , hlm 226). Demikian juga hukumnya suntikan kalsium dan sebagainya untuk kekuatan badan demi perubatan.
Berkenaan suntikan makanan, air seperti glukos dan sepertinya untuk tujuan perubatan; para ulama sekali lagi berbeza pandangan : Pandangan majoriti adalah : Tidak membatalkan puasa kerana ia tidak masuk ke dalam tubuh melalui rongga terbuka dan ia tidak mengenyangkan serta tidak bercanggah dengan hikmah puasa. Ia adalah fatwa oleh Syeikh Dr Yusof Al-Qaradawi, Syeikh Md Bakhit, Syeikh Abd Rahman Taj, Syeikh Ahmad As-Syurbashi, Keputusan Lajnah Fatwa Azhar tahun 1948 (Taysir Al-Fiqh As-Siyam, hlm 100; Fatawa Syar'iyyah, hlm 268 ; Yasalunaka, 5/53 dll ).
Bagaimanapun, suntikan jenis makanan ini membatalkan puasa terutama jika dilakukan secara sengaja untuk melarikan diri dari ujian keletihan lapar dahaga puasa.

6) Berkumur-kumur dan air masuk ke rongga hidung semasa wudhu.
Hukumnya : Tidak membatalkan puasa, cuma jika berlebihan berkumur ulama Syafie mengatakannya terbatal. Justeru, jauhilah berlebihan di ketika puasa adalah lebih baik.
Ia berdasarkan hadith : "Sempurnakan wudhu , basuhlah celah-celah jari jemarimu, dan lebih-lebihkan menyedut air ke hidungmu kecuali tatkala kamu berpuasa ( Riwayat Abu Daud , no 142 ; At-Tirmidzi, 788 ; Al-Hakim, Sohih menurut Ibn Khuzaymah, Ibn Hibban & Al-Hakim dan dipersetujui oleh Az-Zahabi ; albani ; Sohih).

7) Melakukan Maksiat seperti tidak solat 
Hukumnya : Tidak batal puasa menurut majoriti mazhab dan ulama. Akan tetapi dosa maksiat itu akan ditanggung berasingan mengikut jenis maksiat, malah mungkin bertambah besar dosanya kerana mencarik kehormatan Ramadhan. Pahala puasanya pula akan terhapus. Selain itu, ia juga mencarikkan keseluruhan tujuan berpuasa iaitu bagi melahirkan insan taqwa, beroleh keampunan dan jauh dari maksiat. (Qaradawi, hlm 104) Nabi bersabda : "Barangsiapa sempat bertemu Ramadhan dan tidak diampun dosanya, maka semakin jauh ia dengan Allah" (Riwayat Ibn Hibban)

8) Mencium lelaki dan wanita semasa berpuasa
Hukumnya : Mencium isteri atau suami tatkala berpuasa, tidak batal menurut majoriti ulama.
Ia berdasarkan beberapa dalil antaranya :-
كان رسول اللَّهِ  يُقَبِّلُ وهو صَائِمٌ وَيُبَاشِرُ وهو صَائِمٌ وَلَكِنَّهُ كان أَمْلَكَ لِإِرْبِهِ
Ertinya : "Nabi S.a.w mencium dan bermesra (dengan isterinya) dalam keadaan ia berpuasa, tetapi baginda adalah seorang yang menguasai diri dan nafsunya" (Riwayat Abu Daud,  2/311 ; Syuaib arnaout : Sohih)
Dan satu lagi adalah : -
 فجاء شاب فقال أقبل يا رسول الله وأنا صائم قال لا قال فجاء شيخ فقال أقبل وأنا صائم قال نعم قال فنظر بعضنا إلى بعض فقال النبي قد علمت لم نظر بعضكم إلى بعض إن الشيخ يملك نفسه رواه أحمد والطبراني في الكبير وفيه ابن لهيعة وحديثه حسن وفيه كلام
Ertinya : Kami bersama Nabi tiba-tiba didatangi oleh seorang pemuda dan bertanya : Aku berpuasa dan aku mencium isteriku, jawab nabi : Jangan ; tiba-tiba dating seorang tua dan bertanya soalan yang sama : Jawab nabi : Ye ( tiada masalah) ; kami kami saling berpandangan antara satu sama lain, maka nabi berkata :-
"aku tahu apa mengapa kamu saling berpandangan antara satu sama lain, sesungguhnya orang tua mampu mengawal dirinya (nafsu)" (Riwayat Ahmad dan At-Tabrani, sanad terdapat Ibn Lahi'ah yang diperkatakan tentangnya, menyebabkan hadis dianggap dhoif)
Al-Qaradawi pula menambah "berapa ramai orang tua zaman sekarang yang turut tidak mampu mengawal nafsunya " (Fiqh As-Siyam, hlm 106 )
Kesimpulannya, ia tidak membatalkan puasa dan ciuman sebegini tidak harus jika ia boleh membawa mudarat seperti menaikkan nafsu dan boleh membawa kepada persetubuhan di siang hari Ramadhan.

9) Wanita tamat haid
Wanita tamat haid pada waktu malam dan sempat niat pada waktu malamnya sebelum naik fajar subuh. Ia dikira sah walaupun belum mandi hadas. Jika ia tidak sempat berniat sebelum fajar subuh, seperti belum makan dan minum apa-apa pada pagi itu, kemudian pada jam 8 pagi haidnya kering, ia tidak dikira boleh berpuasa pada hari itu kerana tiada niat bagi puasa wajib boleh dibuat selepas terbit fajar.
Demikian juga ditegaskan oleh majoriti ulama (Al-Mughni, Ibn Quddamah, 4/201)
Dalilnya adalah :-
من لم يُجْمِعْ الصِّيَامَ قبل الْفَجْرِ فلا صِيَامَ له
Ertinya : "Barangsiapa yang tidak berniat untuk puasa sebelum fajar, tiada puasa (wajib) baginya" ( Riwayat Abu Daud, 3/108 ; Albani : Sohih )

10) Keluar air mazi
Air mazi adalah air yang keluar dari kemaluan lelaki atau perempuan kerana naik syahwat. Banyak persoalan berkenaan keluarnya air mazi semasa berpuasa, samada ia membatalkan puasa atau tidak.?
Zahir dalam mazhab Hanbali menyatakan, ia membatalkan puasa.
Bagaimanapun mazhab Hanafi, Syafie, Awzai'e, Hasan albasri, As-Sya'bi dan Imam Ahmad dalam satu pendapatnya berfatwa keluarnya air mazi tidak membatalkan puasa. Saya lebih cenderung dengan pendapat ini.

11) Keluar air mani tanpa setubuh
Mencium dan menyentuh melalui onani sehingga keluarnya mani dengan syahwat adalah membatalkan puasa dan wajib qadha, ia adalah disepakati oleh seluruh ulama.
Adapun keluarnya air mani hanya kerana berfikir lucah dan melihat dengan syahwat, ia tidaklah batal menurut sebahagian ulama termasuk mazhab Syafie, Hanafi. (Al-Mughni, 4/159)
Manakala mazhab Hanbali dan Maliki mengatakannya batal.
Walau bagaimanapun, saya lebih cenderung dengan pendapat yang mengatakannya batal kerana ia benar-benar bercanggah dengan tujuan dan maqasid puasa dalam Islam. Selain itu, ia juga adalah sama dengannya keluar mani kerana sentuhan.
Keluar air mani kerana bermimpi di siang hari Ramadhan atau kerana sakit tertentu. Sepakat ulama menyatakan ia tidak membatalkan puasa.

12) Menelan air liur dan kahak
Hukum : Ia tidak membatalkan puasa disebabkan terlalu sukarnya untukmenjaga hal seperti ini. (Al-Mughni, Ibn Quddamah, 4/159). Manakala Kahak yang selagi ia belum sampai ke anggota mulut (sebelah hadapan lidah), iaitu masih berada pada had tekak maka tidak membatalkan puasa jika ditelan. Kerana ia masih tidak keluar daripada anggota zahir. Kahak yang sudah sampai pada mulut, inilah yang menjadi khilaf adakah membatalkan puasa atau tidak. Ada pendapat yang mengatakan batal dan ada pendapat yang mengatakan tidak batal. Sebahagian ulama berpendapat HARAM menelannya dengan sengaja kerana ia adalah kotoran. Jadi, kesimpulan yang terpilih adalah kahak yang sampai ke mulut haram ditelan dan kebanyakan ulama menyatakan ia membatalkan puasa. Manakala yang berada di bahagian pangkal lidah dan tekak, jika ditelan tidak membatalkan puasa.
 Ramadhan Mubarak Buat Semua Pengunjung zaharuddin.net : Ust Zaharuddin Abd Rahman
13 ) Mandi
Tiada masalah untuk orang berpuasa mandi, ia tidak membatalkan puasa. Dalilnya adalah hadis yang menunjukkan Nabi s.a.w mengizinkan orang yang junub mandi selepas waktu subuh, namun mandi junub adalah wajib, bagaimana pula mandi sunat atau harian yang biasa?.  Jawapnya ia tidak membatalkan puasa malah sahabat besar seperti Ibn Abbas juga pernah disebutkan mandi ketika berpuasa. Anas bin Malik pula adakalanya merendam kepalanya di dalam batu dipenuhi air (seperti telaga) akibat bersangatan panas. (Rujuk Fath Al-bari). Cuma  puasa hanya boleh batal apabila seseorang mandi sambil mencuri minumsebagaimana yang mungkin dilakukan oleh para remaja dan lainnya, maka ia batal kerana minum dan bukan mandi itu sendiri.

14) Berniat berbuka atau membatalkan puasa sebelum waktu.
Tindakan sebegini adalah membatalkan puasa menurut mazhab Syafie, Hanbali dan Hanafi. Cuma jika dengan segera seseorang itu kembali berniat dan membetulkan niatnya tadi, puasa tidak terbatal.
Justeru, seluruh individu berpuasa wajib menjaga niatnya agar tidak terpesong untuk membatalkannya. Imam Ibn Qudamah menolak pandangan yang mengatakan tidak batal kerana ibadah itu adalah berdasarkan niat seperti solat juga yang akan terbatal jika berniat membatalkannya. (Al-Mughni, 4/175)

Sekian,
Ramadhan Al-Mubarak dan selamat menjalani ibadah puasa untuk semua pengunjung zaharuddin.net

Zaharuddin Abd Rahman
13 Sept 2007
01 Ramadhan 1428 H